Mujizat Tuhan pada Kelahiran Anak Kedua



                                                                       Tangerang Selatan, Senin, 27 Januari 2014
Pukul 06.00 WIB
Istriku mengeluhkan rasa mulas pada perutnya walaupun dia sudah berulang kali pergi ke kamar kecil untuk buang air besar. Namun dia sendiri tidak tahu apakah rasa mulas itu terjadi karena kebanyakan makan atau karena sudah tiba saatnya anak kedua kami akan lahir. Usia kandungan - sesuai perkiraan dokter - adalah 38 minggu. Jadi kami hanya berpikir bahwa kemungkinan rasa mulas itu terjadi karena ada kontraksi pada rahim istriku.
Pukul 06.30 WIB
Istriku masih sempat memandikan anak pertama kami yang masuk sekolah pukul 07.00 WIB. Saat itu, istriku meminta agar aku dapat mengantarkannya periksa terlebih dahulu ke rumah sakit tempat kami biasa memeriksakan kondisi kehamilan istriku. Karena permintaannya itu, aku menghubungi kantor tempatku bekerja bahwa aku akan datang terlambat. Setelah anak pertamaku siap berangkat sekolah, aku mengantarkan dahulu bersama seorang pembantu dengan sepeda motor.
Pukul 07.15 WIB
Aku telah sampai di sekolah anak pertamaku. Setelah itu, aku langsung pulang kembali ke rumah untuk segera mengantar istriku ke rumah sakit.
Pukul 07.35 WIB
Aku sampai di rumah kembali dan mendapati istriku semakin kesakitan karena menahan rasa mulas yang semakin menjadi-jadi dengan waktu yang relatif berdekatan, mungkin antara 10 sampai 15 menit sekali, katanya. Aku mulai berdoa, "Tuhan, tolong kami melewati keadaan seperti ini dan tolong istriku agar tetap kuat.".
Pukul 07.45 WIB
Kami mulai berpikir, jangan-jangan sudah waktunya si jabang bayi akan lahir. Setelah bersiap-siap dengan membawa perbekalan standar untuk seorang ibu melahirkan, seperti pembalut khusus untuk paska melahirkan, korset, daster untuk menyusui, dan baju bayi baru lahir (new born); maka kami segera bergegas menuju mobil yang telah disiapkan. Sebelum berangkat, aku menitipkan kunci rumah ke pembantu di samping rumah.
Pukul 07.55 WIB
Saat itu, adalah waktu yang terasa sangat lama bagiku, pun bagi istriku. Ketika mobil kami baru keluar dari komplek perumahan kami sekitar 500 meter, terjadi kemacetan luar biasa. Yah.. maklum saja, seperti biasa setiap hari Senin memang jalur yang akan kami lalui tersebut macet parah. Jika tidak macet, maka waktu perjalanan menggunakan mobil akan ditempuh selama 15 - 30 menit. Namun kalau sedang macet, bahkan bisa sampai 1 jam lebih.
Sempat terpikir olehku untuk melawan arus lalu lintas saja sambil menghidupkan lampu hazard di mobil karena jalur yang berlawanan relatif lengang. Baru saja aku mau lakukan tindakan melawan arus itu, tiba-tiba dari arah sebaliknya sudah muncul kendaraan pick up yang membawa muatan. Kontan saja, aku urungkan niat untuk melawan arus.
Pukul 08.05 WIB
Waktu terus berlalu sambil tetap menunggu antrian mobil yang berjalan sangat lambat, mungkin setiap menit cuma bergerak 1 meter saja. Aku bingung apalagi kalau melihat istriku yang semakin kesakitan. Aha.. akhirnya aku punya ide, bagaimana kalau lewat jalan proyek. Jalan proyek adalah jalan tersingkat di dekat komplek perumahan kami, namun jalan tersebut belum beraspal dan masih berupa tanah biasa dengan kemungkinan tanah berlumpur dan berair karena semalam hujan lebat. Atas persetujuan istriku, mobil segera bergerak menuju jalan proyek tersebut.
Pukul 08.10 WIB
Istriku semakin kesakitan menahan mulas di perut. Aku mulai mengarahkan mobil ke jalan tanah yang nampak sangat becek dan penuh kubangan air. "Tuhan, tolong saya untuk melewati jalan ini", demikian kira-kira doaku dalam hati. Sempat terbersit di kekawatiran di benakku, apakah mobil Xenia yang kukendarai ini bisa menembus tanah yang becek dan penuh lumpur, jangan-jangan nanti malah mobilku selip.
Ya Tuhan.. ternyata benar, baru maju sekitar 100 meter, mobilku selip dan rodanya hanya berputar-putar di sekitar kubangan air dan tanah, tidak bisa bergerak lagi. Tuhan, tolong saya, sedikit berteriak, aku berdoa pada Tuhan. Bingung dan nggak tahu harus apa???
Aku turun dari mobil dan melihat kondisi roda yang sudah semakin parah terjerumus ke tanah basah.
Di sekitar tempat itu, ada beberapa pekerja proyek yang sedang minum kopi di sebuah kedai kecil dari bambu. Aku panggil mereka dan meminta tolong agar dapat mendorong mobilku keluar dari lumpur.
Pukul 08.15 WIB
Syukur pada Tuhan....setelah beberapa kali usaha mendorong mobilku, akhirnya mobil bisa keluar dari kubangan lumpur dan aku segera pamit dengan para penolong tadi dengan melambaikan tangan karena posisiku sudah mengendarai mobil sambil memacu gas agar bisa segara sampai ke rumah sakit.
Pukul 08.20 WIB
Mobilku yang penuh dengan lumpur tiba di rumah sakit, segara istriku turun dibantu oleh seorang satpam menuju lantai 3 rumah sakit tempat kamar persalinan. Dan ternyata, istriku sudah siap melahirkan dengan bukaan 8 cm. Puji Tuhan, ternyata setelah kesulitan yang kami alami, sekarang kami mendapat kemudahan dalam proses melahirkan. Hanya sekitar 15 menit kemudian, anak kedua kami lahir.